Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama
Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
berkaitan dengan kepercayaan tersebut.
Masyarakat sebagai terjemahan istilah society adalah
sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka,
dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut.
Fungsi Agama
Fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek penting
yang selalu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian.
·
Fungsi agama di bidang sosial adalah
fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama,
baik di antara anggota-anggota beberapa mayarakat maupun
dalam
kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
·
Fungsi agama sebagai sosialisasi
individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi
dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk
(mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan
akhir pengembangan
kepribadiannya.
Hubungan Agama dengan Masyarakat
Kaitan agama dengan masyarakat dapat
mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secra utuh
(Elizabeth K. Nottingham, 1954) :
1. Masyarakat
yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
Masyarakat
tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyrakat menganut agama
yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam
kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang
lain. Sifat-sifatnya :
Agama
memasukkan pengaruhnya yang sacral ke dalam system nilai masyarakat
secra mutlak.
Dalam
keadaan lain selain keluarga relatif belum berkembang, agama jelas menjadi fokus
utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat secara keseluruhan.
2. Masyarakat
praindustri yang sedang berkembang.
Keadaan
masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi
darpada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada system nilai
dalam tiap mayarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sacral dan
yang sekular itu sedikit-banyaknya masih dapat dibedakan.
3. Masyarakat-
masyarakat industri sekular
Masyarakat
industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua
aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik,
tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan
sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi
penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin
terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam
menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular
semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak
terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama,
praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.
Agama
masyarakat dan Konflik
Dalam perjalannya
sejarah, sejak kepercayaan animisme dan dinamisme sampai monotheisme menjadi
agama yang paling banyak dianut di muka bumi ini agama hampir selalu
menciptakan perpecahan.
Selain itu unsur konflik
yang terbesar terjadi pula pada pengikut agama terbesar di dunia yaitu Abraham
Religions, atau agama yang diturungkan oleh Abraham, yaitu Yahudi, Nasrani, dan
Islam. Tulisan ini hanya membatasi pada penggambaran konflik di antara ketiga
agama tersebut, bukan pada konflik intern dalam masing-masing agama tersebut.
Inti dari agama-agama Abraham ini adalah akan datang nabi terakhir yang akan
menyelamatkan dunia ini. Hal yang menjadi masalah utama adalah tidak ada
kesepakatan diantara ketiga agama tersebut tentang siapa nabi yang akan datang
tersebut. Pihak Yahudi menyatakan belum datang nabi terakhir itu, sedangkan
pihak Nasrani mengatakan Nabi Isa (Yesus Kristus) adalah nabi terakhir, lalu
Islam mengklaim Nabi Muhhamad sebagai nabi terakhir. Keadaan ini kemudian
semakin diperparah ketika tidak ada pengakuan dari masing-masing agam yang
masih bersaudara tersebut. Ketika berbagai unsure non-theologis, khususnya
politik, ekonomi, dan budaya, menyusup ke dalam masalah ini, konflik memang
tidak dapat dielakkan.
Faktor Konflik Agama
·
tidak
adanya keampuhan Pancasila dan UUD 45 yang selama ini menjadi pedoman bangsa
·
Kurangnya Toleransi beragama
·
Adanya kesalah pahaman .
Penanganan
Konflik Agama
- 1. Mempelajari penyebab utama konflik.
- 2. Bersikap toleransi, memberi kesempatan dan kebebasan antar umat beragama untuk melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing agama.
- 3. Bersikap saling menghargai, tidak saling melecehkan antara satu agama dengan agama yang lain.
- 4. Pengawasan lebih aparat keamanan. Pengawasan lebih bagi aparat keamanan baik pada hari raya maupun tidak untukmenjaga kenyamanan masyarakat dalam beribadah.
- 5. Menguatkan ideologis nasionalis sebagai bangsa yang sama dan negara yang sama.
- 6. Harus adanya kesepakatan dari kedua belah pihak untuk saling menghargai dan saling percaya.
- 7. Menjalin komunikasi antar umat beragama.
0 komentar:
Posting Komentar